Sembari saya berjalan-jalan di dunia maya sambil melihat-lihat, saya menemukan sebuah forum yang memuat artikel yang begitu panjang yang saya yakin tidak seorang-pun yang sanggup menghabiskannya dengan segelas kopi.
Artikel tersebut secara khusus berbicara mengenai
CINTA, cinta sejati dan keturunan-keturunannya. Panjang sekali memang artikelnya yang mungkin penulis ingin menjelaskan secara detail mengenai cinta sejati. Namun saya tertarik dengan satu potongan kecil pada artikel tersebut yang membuat saya berkeinginan untuk mempostingkannya kembali di sini. Jika sobat ingin membacanya sendiri silahkan menuju
kemari (artikel tersebut sebenarnya sudah banya dicopas lagi dan lagi dan ada yang mengaku penulisnya di
sini, tapi ntahlah :p ).
Ya, tentang
Berkorban Demi Cinta.
Saya tertarik karena ini memang hal yang tergolong rumit untuk dipahami dan dilaksanakan bagi manusia yang sedang bercinta, maksudnya menjalin hubungan cinta. Terlebih lagi bila harus ditafsirkan dari sosok yang baru atau bahkan memang belum mengenal sedikit-pun apa itu cinta, namun sudah berani bercinta.
Kembali pada pembahasan
berkorban demi cinta, dalam artikel tersebut menyatakan bahwa banyak orang yang "bela-belain" berkorban apa saja demi cinta. Segalanya dilakukan
atas nama cinta. Tujuannya satu, agar pasangan bahagia.
Tapi, haruskah sampai begitu?
Kebanyakan terjadi kita dapati bahwa cewek mengklaim dirinya sebagai pihak yang paling banyak berkorban untuk pasangannya. Sementara di pihak lain, banyak pula pihak prianya yang merasa telah berkorban banyak dan telaten merawat cintanya.
Terlepas dari pihak mana yang paling banyak berkorban, psikoterapis Dr. Laura Schlessinger, di Los Angeles, AS, menilai "berkorban" adalah hal terbodoh yang dilakukan orang.
Tentu, Schlessinger tak bermaksud mengajak kita untuk menjadi orang egois, dan tak pedulian. Buktinya, dia menyarankan kita untuk tetap bersabar dan menjunjung tinggi toleransi.
Keseimbangan
Lanjut pembahasan dari sana yang menyatakan juga bahwa wanita memiliki kadar toleransi dan kesabaran yang lebih tinggi dibanding pria, benarkah...?
Mungkin itulah sebabnya, wanita menjadi pihak yang lebih banyak berkorban atau mengalah.
Nyatanya, Banyak wanita yang merasa harus berkorban. Bahkan, tak sedikit wanita merasa bahagia atas pengorbanannya. Padahal, kondisi itu, jauh dari sebuah hubungan sehat.
Padahal, kebahagiaan sejati itu hanya bisa diperoleh jika ada keseimbangan. Jadi, bukan hanya wanita saja atau pria saja yang harus berkorban. Tapi harus dua-duanya.
Dalam porsi tertentu, berkorban atau mengalah akan sangat membantu sebuah hubungan. Tapi bila dibiarkan terus-terusan, kondisi itu bisa terbalik menjadi bom waktu, yang siap meledak kapan saja.
Jadi, jangan pernah takut untuk menegosiasikan setiap kondisi atau masalah yang dihadapi. Hal itu bisa menjadi pelajaran toleransi bagi pasangan, dan pelajaran otorisasi bagi Anda.
Demikian penjelasannya semoga sahabat pembaca dapat mengambil kesimpulan yang baik dalam menjalani hubungan cinta, agar tercipta sebuah hubungan yang lebih harmonis.
SEO dengan Blogspot | Berkorban Demi Cinta ?
Judul :
Berkorban Demi Cinta ?
Deskripsi : Sembari saya berjalan-jalan di dunia maya sambil melihat-lihat, saya menemukan sebuah forum yang memuat artikel yang begitu panjang yang say...
Link/URL : http://mbseo.blogspot.com/2012/11/berkorban-demi-cinta.html